By : BUSAERI (ERRY)
Penggiat Energi Terbarukan
Jembatan Suramadu |
Megaproyek Jembatan Selat Sunda
Jembatan Selat Sunda (JSS) adalah salah satu mega proyek pembangunan jembatan yang melintasi Selat Sunda sebagai penghubung antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dan akan dibangun 70 meter di atas permukaan laut, melewati tiga pulau-pulau kecil di selat itu, yaitu Pulau Prajurit, Ular, dan Sangiang. Total Panjang jembatan sepanjang 29 km yang merupakan jembatan terpanjang di dunia dan diperkirakan menghabiskan dana Rp215,375 triliun (US$25 miliar). JSS direncanakan akan mulai dibangun tahun 2014, dengan jangka waktu pembangunan selama 10 tahun.
Rencana Ukuran dan Kapasitas:
1. Lebar Jembatan 60 m2.
2. 2x3 Jalur Lalu Lintas Raya
3. 2x1 Jalur Darurat
4. Lintasan Ganda (Double Track) Kereta Rel
5. Pipa Gas, Pipa Minyak, Kabel Fiber Optik, Kabel Listrik, dll
Jembatan Suramadu Dari Arah Madura |
JSS akan menggunakan Renewable Energy
Pemerintah akan memanfaatkan energi terbarukan dalam pembangunan Jembatan Selat Sunda. Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengatakan, penggunaan energi terbarukan itu akan diterapkan (diuji-cobakan) terlebih dahulu di Jembatan Suramadu.
Menurut Hermanto, energi terbarukan itu akan menggunakan energi surya, angin, dan laut. Dia bilang tujuan penggunaan energi terbarukan ini untuk melindungi sumber daya alam serta meminimalisasi kerusakan lingkungan. ( http://nasional.kompas.com).
Sidney Harbour Bridge - Australia |
Megaproyek JSS harus menjadi contoh dan berkelas dunia
Sistem Penggabungan Megaproyek JSS dengan pemanfaatan energy terbarukan, merupakan sesuatu yang luar biasa dan bernilai positif, karena akan menjadi contoh untuk daerah-daerah lain bahkan Negara-negara lain, bagaimana seharusnya membangun sebuah jembatan.
Penting !!!
Megaproyek JSS dan segala infrastrukturnya, hendaknya tidak dibuat secara biasa-biasa saja tapi hendaklah dibuat menjadi sesuatu yang luar biasa sampai ke detail-detailnya.
JSS is not just a brigde, but it's also a value
Semua aspek teknologi dalam megaproyek JSS ini harus memiliki nilai keilmuan dan unsur keindahan yang dapat memberikan kesan luar biasa.
Seandainya memang pembangunan proyek JSS ini akan menggunakan energi terbarukan maka nilai-nilai positif yang dapat diambil adalah :
- Dapat mengurangi proses pemanasan global (Global warming ), meminimalisai kerusakan lingkungan, dan pemanfaatan sumber daya alam yang bersih. Hal ini tentu sangat positif bagi Indonesia di mata dunia mengenai program clean and green energy. Dan ini harus diekspos agar menjadi contoh bagi Negara-negara lain.
- Menghemat Biaya Energi. Pemanfaatan energi terbarukan untuk JSS akan menguntungkan pihak pengelola dari segi biaya energi dalam jangka panjang. Bahkan seandainya nilai-nilai teknologi alat pembangkit energi terbarukan ini ditonjolkan atau diekspos, dan didasain se-artistik mungkin maka JSS ini dapat menjadi “ kawasan wisata teknologi terpadu” yang dapat mendorong kunjungan wisatawan domestic maupun manca Negara, sebagai pusat studi keilmuan dan kajian teknologi. Secara jangka panjang tentu ini akan memberikan nilai ekonomi yang positif baik bagi pengelola maupun masyarakat sekitar kawasan JSS.
- Sebagai langkah atau terobosan awal mengenai pemanfaatan energi terbarukan yang lebih serius, terutama sumber energi yang bersumber dari kelautan dan tenaga angin.
Jika demikian maka membangun sistem pembangkit energi terbarukan pada megaproyek JSS ini tidak boleh terlepas dari sedikitnya 4 macam unsur yang dikombinasikan yaitu : teknologi tinggi, kehandalan, seni keindahan, dan kelestarian lingkungan. Dan hal ini harus ditonjolkan atau diekpos.
Dalam tulisan ini, saya hanya ingin sumbang saran dan pemikiran mengenai konsep penerapan energi terbarukan untuk JSS, mudah-mudahan ada manfaatnya. Ide ini muncul tidak terlepas dari hasil pengamatan (survey lapangan) yang pernah dilakukan di jembatan suramadu pada awal November 2011.
Penulis Bersama Tim Melakukan Survey Di Jembatan Suramadu Untuk Kajian Pemanfaatan Energi Terbarukan |
Potensi Energi Terbarukan Di Sekitar Selat Sunda
Penulis belum pernah menguji dengan melakukan survey secara ilmiah, berapa rata-rata kecepatan arus laut dan kecepatan angin, frekwensi dan rata-rata ketinggian gelombang, dan perbedaan temperatur air laut di sekitar kawasan selat sunda. Namun berdasarkan pengamatan visual, potensi energi kelautan, angin, dan solar cell di sekitar selat sunda sudah cukup memadai untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan.
Hal ini berbeda dengan kondisi di Jembatan Suramadu, yang pernah penulis survey, potensi yang paling utama di selat Madura ini yang lebih memungkinkan, yaitu angin dan solar cell, sedangkan potensi gelombang dan arus laut, walaupun bisa diterapkan namun hasilnya kemungkinan kurang memadai atau kurang maksimal.
Jadi tidaklah salah apa yang diungkapkan oleh Wakil menteri PU Bapak Hermanto Dardak, bahwa pembangunan JSS akan menggunakan energi terbarukan, yaitu energi surya, angin, dan laut (Gelombang dan arus). Karena memang potensi energi terbarukan dikawasan selat sunda sudah cukup memadai.
Yang perlu dipikirkan lebih lanjut adalah bagaimana:
1. konsep Energi Terbarukan yang akan diterapkan,
2. sistem teknologi, dan
3. cara penempatan, dan
4. manajemen pengelolaannya.
JSS Sebagai Kawasan Wisata Teknologi Terpadu
Membangun jembatan Selat Sunda sudah tentu akan dibarengi dengan pengembangan kawasan strategis dan infrastruktur lain di sekitarnya.
Penggabungan keindahan teknologi jembatan dan sistem teknologi terbarukan harus didesain dengan kehandalan tingkat tinggi, penempatan yang sesuai dan didesain se-artistik mungkin. Sehingga tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi dan sumber energi tetapi dapat menjadi objek wisata teknologi yang indah, dan berwawasan lingkungan.
Lingkar Bawah Jembatan Suramadu Dari Arah Surabaya : Kurang Penataan |
Di jembatan suramadu, ada jalan lingkar bawah yang memutar (arah dari Surabaya) yang memungkinkan orang bisa berhenti di area tersebut untuk menikmati keindahan jembatan suramadu, namun sayang penataannya kurang memadai sehingga kurang memberikan nilai tambah secara ekonomi.
Apabila JSS mau dikemas sebagai objek wisata teknologi terpadu yang dapat memberikan nilai tambah ekonomi, maka sebaiknya sebelum memasuki jembatan harus disediakan area khusus yang memang diperuntukkan sebagai kawasan wisata teknologi.
Disini disediakan area untuk parkir, restoran, dsb termasuk untuk penempatan area energi terbarukan (solar cell dan turbin angin). Di kawasan ini juga orang dapat memandang dan melihat ke arah laut bagaimana energi gelombang dan arus laut bekerja, dan melihat pemandangan keindahan jembatan dari sisi kiri dan kanan, dan mengamati bagaimana struktur-struktur jembatan itu tersusun.
Di kawasan ini juga, sebaiknya dibuat 1 buah maskot energi terbarukan dengan konsep teknologi ocean multi-converter yaitu 1 buah alat dapat mengkonversi lebih dari 1 potensi sumber energi, sebagai icon energi terbarukan Indonesia.
Apabila hal ini bisa dilaksanakan dengan serius, maka bisa menarik kalangan pelajar, civitas akademika perguruan tinggi, dan instansi riset dalam dan luar negeri, serta kalangan masyarakat umum untuk dapat berkunjung, dan tentunya akan menambah pemasukan.
Konsep Teknologi Energi Terbarukan Yang Diterapkan Pada Megaproyek JSS
Pertama (I) : solar cell atau energi surya.
Instalasi panel solar cell sebaiknya terintegrasi dengan mengikuti sistem atap / roof infrastruktur bangunan yang akan dibuat. Didesain handal dan artistic.
Misalnya pada :
- Pintu gerbang (gardu tol) keluar-masuk jembatan
- Tempat parkir kantor & bangunan kantor pengelola kawasan JSS
- Infrastruktur bangunan yang berada di kawasan khusus tempat wisata teknologi (Seandainya diadakan)
- 1 buah "Monumen Surya" yang dibuat dan didesain secara khusus, sehingga disamping menghasilkan energi listrik juga sebagai monumen energi surya indonesia yang dapat menambah daya tarik.
Penempatan Panel Energi Surya : Sebaiknya hindari pemasangan panel energi surya (sistem tiang) pada struktur jembatan, karena kecepatan angin di kawasan JSS cukup tinggi. Pencegahan ini dilakukan karena panel energy surya yang berukuran sekecil apapun bisa menyebabkan terjadinya getaran-getaran pada struktur jembatan, terutama pada saat angin kencang. Berbeda dengan di jembatan suramadu, pemasangan panel-panel kecil di jembatan ini masih memungkinkan, masih fisibel.
Atap Panel Surya Bisa diaplikasikan Pada bangunan kantor, Tempat Parkir dan Pintu Tol Jembatan |
Kedua (II) : Pembangkit Listrik Tenaga Angin (wind Turbin)
Konsep Dasar
Memilih model atau jenis turbin angin untuk diaplikasikan pada megaproyek JSS, sebaiknya memperhatikan :
- Kemudahan maintenance (pemeriharaan). Turbin angin dengan tower pendek lebih mudah dalam pelaksanaan pemeliharaan dari pada yang tipe tower tinggi. Tower pendek biasanya menggunakan turbin model vertical axis (sumbu vertical).
- Kehandalan (reliability) , umur ekonomi yang memadai.
- Didesain secara artistic, sehingga memiliki nilai daya tarik. Dan dimungkinkan pada struktur turbin ini, dimanfaatkan sebagai space media iklan bagi perusahaan lain.
- Memaksimalkan pemanfaatan teknologi dalam negeri, agar nanti mudah dalam pemeliharaan. Atau kombinasi dalam dan luar negeri. Produk yang dibeli seutuhnya impor pada umumnya tidak mudah dilakukan pemeliharaan oleh bangsa kita. Sehingga banyak terjadi di beberapa instansi produk-produk mahal luar negeri baru beberapa bulan sudah menjadi barang rongsok.
- Penempatannya jangan mengganggu konsentrasi pengguna jalan, karena dapat membahayakan berlalu lintas.
- Sebaiknya jangan dipasang pada struktur jembatan, baik struktur bawah ataupun struktur atas jembatan, karena dapat mendatangkan bahaya. Bahkan di jembatan suramadu pun yang panjangnya Cuma 5,4 km, pemasangan turbin angin pada struktur jembatan tidak direkomendasikan.
- Penempatan turbin angin bisa dilakukan pada :
- Area sebelum memasuki jembatan
- Area setelah keluar jembatan
- Di lautan, dengan menggunakan sistem teknologi multi-converter (sebagaimana penulis sebutkan sebelumnya di atas). Ini teknologi asli karya anak bangsa, dan bisa jadi kedepan dapat menjadi contoh buat Negara-negara lain. Desain sistem teknologi multi-converter tidak ditampilkan dalam tulisan ini.
vertical wind turbin : sudu turbin dapat didesain dan diberi motif sesuai keinginan | . |
Saya lebih tertarik dengan konsep Vertical Wind turbine....terlihat praktis, tidak memakan ruangan / space dan bentuknya artistik /indah tidak menggangu konsep arsitektur yang sudah ada( baik untuk bangunan tinggal atau perkantoran)...penempatan juga bisa di roof / atap bangunan....cocok untuk bangunan tinggi (bertingkat).....masalahnya, kenapa di Indonesia belum ada yang memulainya, padahal di beberapa kota besar di LN sudah banyak contoh aplikasinya....bagaimana tanggapan red terkait hal ini ?....terima kasih & salam Energi....
BalasHapus